Moving Average (rata–rata bergerak) adalah metode peramalan perataan nilai dengan mengambil sekelompok nilai pengamatan yang kemudian dicari rata-ratanya, lalu menggunakan rata-rata tersebut sebagai ramalan untuk periode berikutnya. Istilah rata-rata bergerak digunakan, karena setiap kali data observasi baru tersedia, maka angka rata-rata yang baru dihitung dan dipergunakan sebagi ramalan.
Kali ini kita akan bahas terkait double moving average, sebelum itu kita harus tahu dulu apa itu DMA/ double moving average.
Single Moving Average
Rata-rata bergerak tunggal (Single Moving Average) adalah suatu metode peramalan yang dilakukan dengan mengambil sekelompok nilai pengamatan, mencari nilai rata-rata tersebut sebagai ramalan untuk periode yang akan datang. Metode Single Moving Average mempunyai karakteristik khusus yaitu:
- Untuk menentukan ramalan pada periode yang akan datang memerlukan data historis selama jangka waktu tertentu. Misalnya, dengan 3 bulan moving Average, maka ramalan bulan ke 5 baru dibuat setelah bulan ke 4 selesai/berakhir. Jika bulan moving Averages bulan ke 7 baru bisa dibuat setelah bulan ke 6 berakhir.
- Semakin panjang jangka waktu moving Average, efek pelicinan semakin terlihat dalam ramalan atau menghasilakan moving Average yang semakin halus.
Double moving Average adalah teknik yang dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata bergerak sebanyak dua kali, kemudian dilanjutkan dengan meramal menggunakan suatu persamaan tertentu. Metode ini digunakan untuk mengatasi galat sistematis yang terjadi bila rata-rata bergerak data dipakai pada data yang memiliki trend. Pada dasarnya metode ini menghitung rata-rata bergerak yang kedua, dengan kata lain rata-rata bergerak dari rata-rata bergerak, metode ini konsepnya sama dengan single moving Average. Namun pada double moving Average data peralaman pertama tersebut dijadikan data awal untuk moving Average lanjutan. Dengan persamaannya sebagai berikut :
Dalam pemodelan deret berkala, sebagian data yang diketahui dapat digunakan untuk meramalkan sisa data berikutnya sehingga dapat dilakukan perhitungan ketepatan peramalan secara lebih baik. Ketepatan peramalan pada masa yang akan datang adalah yang sangat penting.
Jika Yt merupakan data riil untuk periode t dan Ft merupakan ramalan untuk periode yang sama, maka kesalahannya dapat dituliskan sebagai berikut (Spyros, 1999).
Hour |
Watt |
0 |
18536 |
1 |
18247 |
2 |
17972 |
3 |
17939 |
4 |
18009 |
5 |
18570 |
6 |
20002 |
7 |
21852 |
- Pada Kolom C, kita membuat MA (3) terlebih dahulu dengan formula =AVERAGE(B2:B4)
- Barulah kemudian kita mencari MA(3x3) pada kolom D dengan formula =AVERAGE(C6:C25)
- Dari kolom E sampai dengan G adalah mencari nilai dari penjabaran rumus Penyesuaian Kecenderungan data dengan mencari nilai at(nilai intercept) adalah =2*C6-D6, dan kolom F adalah nilai bt(koefisien trend) =(2/(3-1))*(D6-E6) , dan kolom G adalah kolom forecast =E6+F6*1 .
- Untuk menghitung MA(3x3) kita tinggal mengaverage kolom ma(3x3) menggunakan rumus =AVERAGE(D6:D25)
- Kemudian kita mencari nilai errornya =B7-G7
- Agar nilai error tidak negative, kita membuat kolom I dengan mengkuadratkan kolom H, lalu kemudian mencari reratanya dengan formula =AVERAGE(I7:I25) sehingga didapatkan nilai MSE-nya.
- Pada Kolom C, kita membuat MA (4) terlebih dahulu dengan formula =AVERAGE(B2:B25)
- Barulah kemudian kita mencari MA(3x4) pada kolom D dengan formula =AVERAGE(C5:C7)
- Dari kolom E sampai dengan G adalah mencari nilai dari penjabaran rumus Penyesuaian Kecenderungan data dengan mencari nilai at(nilai intercept) adalah =2*C7-D7, dan kolom F adalah nilai bt(koefisien trend) =((2/(3-1)*(C7-D7))), dan kolom G adalah kolom forecast dengan formula =E7+F7*1 .
- Untuk menghitung MA(3x4) kita tinggal mengaverage kolom ma(3x4) menggunakan rumus =AVERAGE(D7:D25)
- Kemudian kita mencari nilai errornya =B8-G8
- Agar nilai error tidak negative, kita membuat kolom I dengan mengkuadratkan kolom H, lalu kemudian mencari reratanya dengan formula =AVERAGE(I8:I25) sehingga didapatkan nilai MSE-nya.
No comments: